Senin, 24 Oktober 2011

Sandal Kulit Sang Raja

Seorang maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karna terantuk batu. Ia berpikir, “ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.” Maharaja lalu memanggil seluruh mentri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para mentri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri untuk diambil kulitnya.

Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap maharaja. Ia berkata pada maharaja, “ wahai Paduka, mengapa paduka henadak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki paduka saja.”

Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kali yang kita sebut “SAndal”

Jadi sahabat ca’wank pelajaran yang berharga dari cerita itu, adalah untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala kita harus mengubah cara pAndang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu.

Karna kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah satu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat disana, sebab, seringkali dalam pandngan kita, dunia, adalah bayangan diri kita sendiri.

Sahabat, ya, memang jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau, melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?

Iri hati yang ditunjukan kepada seseorang akan melukai diri sendiri

0 comments: